Rabu, 26 Desember 2018

HIKAYAT DAKWAH

-Andi Dede Salga-
26 Desember 2018

Ketika kita menyampaikan suatu kebaikan atau amanah ALLAH, maka hilangkan diri kita. Sampaikan karena ALLAH dan jangan pernah menganggap itu dari kita. Karena tugas kita hanya menyampaikan,... Hidayah datangnya dari ALLAH.

Dalam kehidupan kita sehari-hari banyak kita jumpai para Ulama, Ustasz, Kiyai, dan Dai yang berlomba-lomba untuk mencari ketenaran Dunia dengan mengindahkan Tugas dan Amanahnya,.. Mereka menyampaikan kebaikan tetapi dirinya tidak mencerminkan kebaikan.

Dalam sebuah hadits Qudsi , Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda , “Allah berfirman, Keagungan adalah sarungKu dan kesombongan adalah pakaianKu. Barangsiapa merebutnya (dari Aku) maka AKU menyiksanya”. (HR. Muslim)

Lalu apakah yang hendak kita sombongkan ketika perintah ALLAH yang menjadi landasan kita untuk berbuat dan berkata-kata. Segala kebenaran datangnya dari ALLAH. Bahkan dalam menyampaikan kebenarannya yakinlah akan Takdir dan Hidayah-NYA yang merubah seseorang atau suatu kaum, bukan karena kapasitas mereka sebagai seorang Panutan.

ALLAH S.W.T Berfirman : “Innallaha la yughayyiru ma bi qoumin, hatta yughayyiru ma bi anfusihim.” yang Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” Q. S. [13] : 11 



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kemuliaan adalah sarung-Nya dan kesombongan adalah selendang-Nya. Barang siapa menentang-Ku, maka Aku akan mengadzabnya.” (HR Muslim)

Bahkan tak jarang kita mendapatkan seorang panutan yang mempertontonkan akhlak yang tidak terpuji. Padahal jelas bahwa seorang Ulama, Guru/ Ustads seharusnya menjadi panutan bagi Umat. Kerena pada mereka ALLAH menitipkan Amanah penyambung lidah kekasih-NYA Baginda Rasulullah S.A.W.

Seorang lelaki bertanya pada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam “Muslim yang bagaimana yang paling baik?” “Ketika orang lain tidak (terancam) disakiti oleh tangan dan lisannya” Jawab Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.

Rasulullah shallallahu aliahi wasallam bersabda “Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya“. (HR. Ahmad)


KESADARAN JIWA

Andi Dede Salga
17 Desember 2018

Kalau kita sebagai hamba ALLAH telah meyakini diri kita yang tak mampu berbuat apa-apa tanpa kehendaknya. Maka tugas kita hanyalah mengikuti saja kehendak itu. Mampunya kita karena di mampukan-NYA.

Kenginan-NYA tidaklah sulit karena yang harus kita lakukan adalah menyadari saja apa-apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita saat ini. Tak usahlah berfikir jauh kedepan untuk merubah orang lain menjadi baik, jikalau diri kita sendiri belum mampu baik.



Diri ini memiliki banyak keinginan sadari saja keinginan itu karena baik dan buruknya keinginan itu datangnya dari ALLAH. DIA ALLAH lebih mengetahui apa yang ada di hati kita, Tugas kita hanya menjalankan perintahnya. Gunakanlah Kesadaran Jiwa ini untuk membedakan.

Jika kita telah mengerti maka, berlajalanlah dengan keikhlasan yang hanya mengharapkan keridhoan ALLAH semata. Sehingga kesadaran ini senantiasa dipelihara olehnya dengan penglihatan, perkataan dan perbuatan-NYA.  Wallahu a'lam bissawab.

Salam Jiwa HUU... ALLAH

Nasihat Kesombonganku

Andi Dede Salga
14 Desember 2018

Jangan pernah menyanjungku, karena itu akan menjatuhkanku dalam lembah kesombongan,..!! Tegurlah aku sampai kau tiada lagi melihat celah bagiku untuk kau Nasehati.
Jika Aku telah berbangga dengan apa yang ku miliki maka sebenarnya aku telah mengali sendiri kuburan bagi diri ini.

Semua adalah pilihan Hidup melalui perjalanan Kesadaran Diri ini, dan Aku telah yakin akan Amanah-NYA. Sabda Ilahi yang hanya dapat di dengar dan dirasakan oleh Jiwa yang sadar. Sehingga Nyata dan jelaslah pembeda antara kebaikan dan kebatilan.

Sungguh Tak layak untuk disombongkan karena apa yang harus aku sombong kan ketika Tulisan ini berbicara kebenaran yang sebenarnya bukan milikku. Maka, lihatlah kebenaran-kebenaran itu juga berbicara pada Jiwamu. Nyatalah Dia dan kaupun dapat merasakannya.

Kalau ingin melihat kebenaran sejati maka, lihatlah pada dirimu karena diri inilah yang paling mengetahui siapakah kita yang sebenarnya. Orang lain hanya menilai kita dari penampilan fisik kita semata dan itu ada gambaran semu tiada nyata.



Kenapa tiada nyata ? Karena yang melakukan perjalanan hidup ini adalah kita. Jadi kitalah yang tau sejauh mana kaki ini telah melangkah. Kalaupun itu pada jalan yang salah diri inipun sebenarnya tau tapi mampukah kita melawan kehendak itu.

Jawabannya sangat jelas kita tidak akan pernah mampu untuk itu, jika tidak mengharapkan pertolongan dan perlindungan dari yang Maha memampukan kita yaitu ALLAH S.W.T. jikalau kau mampu tanpanya maka, Kesombombongan dirimulah yang mengambil peranan dibalik itu.

Untuk tetap lurus maka, berpeganglah pada Perintahnya. Jika sudah ada perintah maka sadarilah dan laksanakan perintah itu.
Salam HUU... ALLAH
😇🙏🙏

Kamis, 20 Desember 2018

TETAP WASPADA


Semakin terang cahaya jiwa, semakin dekatlah ia kepada ALLAH. Dan semakin berat pula godaan Iblis. Karena iblis akan selalu mengirimkan pasukannya silih berganti untuk melalaikan sang jiwa ini.

Dan jangan ditanya berapa banyaknya dan dari jenis apa ? yang jelas tingkatannya dan golongan mereka sesuai dengan tingkat ketakwaan seseorang. Mereka lebih tau tentang kita, termasuk kelemahan keimanan yang kita miliki.

Maka, selalu waspada dan senantiasa mintalah perlindungan Kepada ALLAH S.W.T. Semakin bersih Jiwa seseorang aka semakin kuat iblis yang dikirimkan. Jadi tetaplah selalu dalam KESADARAN JIWA. Sadar ALLAH. Kalau kita telah menyadari ALLAH yang dekat tiada lagi yang perlu kita Takuti.. 😇🙏

Salam Jiwa HUU.. ALLAH.

Jumat, 14 Desember 2018


Cermin Dakwah
-A. Dede Salga-
14 Desember 2018


Cerminan HATI itu akan terpancar INDAH jika sikap ajakan dan Nasihat disampaikan dengan lemah lembut. Kelembutan menjadikan dakwah Islam agar lebih mudah diterima oleh siapapun. Jadi ketika kelembutan telah menghiasi sebuah makna dakwah, maka yang terjadi adalah dakwah Islam tersebut akan memberikan pengaruh pada hati-hati kaum muslimin dan menghasilkan perubahan yang besar di masyarakat.

Sungguh kelembutan tampak begitu remeh, namun pengaruhnya begitu besar. Adakah kt menyadarinya Allah Ta’ala berfirman:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An Nahl : 125).

Berdakwah adalah amanah Ilahi jadi sampaikanlah amanah itu maka kita telah melaksanakan perintah ALLAH. Wlaupun itu hanya nasihat kebaikan karena memberitahukannya adalah kebaikan. Jangan libatkan EGOMU dlm penyampaian.Biarkan Hidayah Allah datang dalam hati-hati mereka karena tugas kt hanya menyampaikan. (..)

Kamis, 30 Agustus 2018

Tentang dirimu QARIN,.. !!!


Qarin yang bermaksud ‘pendamping’ adalah makhluk dari kalangan jin dan juga malaikat yang dicipta oleh Allah untuk mendampingi manusia. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini pasti ada Qarinnya sendiri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri tidak terkecuali. Cuma bezanya, Qarin Rasulullah dari jin kafir telah diislamkan. Manakala pada manusia yang lainnya Qarinnya masih kafir. Dari Abdullah bin Mas’ud bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan dikuasai satu Qarin (pendamping) dari kalangan jin dan malaikat.” Mereka bertanya: “Kepada engkau juga, wahai Rasulullah??” Beliau menjawab: “Aku juga, tetapi Allah membantuku mengalahkannya lalu dia masuk Islam, hingga dia tidak menyuruhku selain terhadap kebenaran.” (Sahih Muslim, no. 5034, Musnad Ahmad, no. 4160)

Dari Urwah bin Az-Zubair, dia menceritakan bahawa Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceritakan kepadanya: “Rasulullah keluar dari kediamannya pada suatu malam. Aku merasa cemburu pada beliau, lalu beliau datang dan melihat yang aku lakukan.” Beliau bertanya: “Kamu kenapa, wahai Aisyah?” Aku menjawab: “Mengapa orang sepertiku tidak cemburu terhadap orang seperti tuan?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apa syaitanmu (Qarin) mendatangimu?” Aisyah bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah ada syaitan (Qarin) menyertaiku? Beliau menjawab: “Ya.” Aisyah bertanya: “Juga menyertai semua manusia?” Beliau menjawab: “Ya.” Aku bertanya: “Menyertai tuan juga?” Beliau menjawab: “Ya, tetapi Rabbku menolongku mengalahkannya hingga dia masuk Islam.”
(Sahih Muslim, no. 5035, Musnad Ahmad, no. 23701)

Persis BUKAN Berarti SAMA


Pengakuan yang sering terjadi di kalangan masyarakat kebanyakan adalah kerabatnya yang telah meninggal bisa kembali pulang untuk suatu keperluan. Entah itu kakek atau nenek, bapak atau ibu, guru, bahkan anak. Ada yang mengaku diberi petunjuk sesuatu. Ada yang mengatakan mendapat pesan. Ada yang katanya mendapatkan wasiat yang tidak sempat ditinggalkan. Dan seterusnya. Sebutlah sebagai contoh. Ada sebuah keluarga yang baru saja ditinggal mati kakek yang sudah tua. Dengan penjelasan yang panjang lebar, sebagian cucunya berhasil meyakinkan keluarga besarnya untuk merawat dan menguburkan sang kakek sesuai ketentuan Islam. Kebanyakan keluarganya memang masih cukup terikat oleh paham animisme primitif. Meski cukup tegang beberapa saat, penjelasan beberapa cucunya bisa diterima, meski dengan setengah hati. Beberapa hari kemudian, sebagian keluarganya mengaku didatangi kakek yang baru saja meninggal tersebut. Digambarkan sang kakek datang kembali dengan muka sedih sembari protes kenapa tidak dirawat sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Sebelum pergi kakek tersebut berpesan untuk menebus ”kesalahan” tersebut diminta keluarga yang ditinggalkan agar membuat nisan yang tinggi. Sebelumnya keluarganya juga diminta mencarikan tanah dari areal pekuburan wali songo. Selain itu selama tiga bulan agar ada keluarganya yang menemaninya pada setiap hari meninggalnya. Masih banyak pesan yang ditinggalkan pada salah satu keluarga tersebut. Keributan kecil kembali terjadi pada keluarga tersebut. Sebagian percaya dengan kejadian tersebut. Sebagiaan tidak percaya begitu saja, bahkan sebagian merasa begitu saja tidak percaya. Bagaimana iya seorang yang sudah meninggal bisa pulang kembali untuk sebuah keperluan? Sementara yang mengalami berusaha meyakinkan bahwa wujud yang datang itu memang sang kakek tua; dari gaya bicaranya, mengenakan pakaian yang disukainya, hingga gerak-gerik tubuhnya. Baginya berbagai ciri tersebut sama dengan ciri kakeknya, karena itu, simpulnya, wujud yang datang itu memang sang kakek.

Jin Qarin Sang Pendamping

Sebenarnya sulit untuk mengatakan sesuatu yang mirip itu sama. Betapa tidak sedikit pemain sandiwara bisa memerankan seseorang tokoh secara mirip. Mirip dalam penampilan fisiknya, mirip gaya bicaranya hingga mirip gerak-geriknya. Orang-orang terkenal, bekas presiden, misalnya, menjadi obyek untuk ditiru. Sebut saja mantan presiden Soeharto hingga yang baru saja tidak aktif, SBY. Berbagai parodi digelar dengan cerita tentang kehidupan pejabat yang diperankan dengan sangat mirip oleh tokoh-tokoh di muka. Apakah lantas pemeran dalam parodi tersebut sama dengan Soeharto atau Habibie, misalnya? Tentu saja tidak! Soeharto adalah sosok tersendiri, sementara pemeran yang mirip Soeharto adalah individu yang berbeda meskipun mampu memerankan gerak dan suaranya dengan sangat mirip. Kemampuan tersebut, selain karena bakat, merupakan hasil pengamatan yang cukup intens terhadap tokoh yang diperankannya. Demikian pula sosok yang sering dipercayai sebagai orang meninggal yang kembali ”pulang”. Dalam akidah Islam ruh orang yang sudah meninggal tidak bisa bebas pergi pulang semaunya. Mereka ditempatkan oleh Allah dalam tempat tertentu. Lantas siapa sosok yang tidak jarang digambarkan oleh sebagian kalangan sebagai orang meninggal yang coba kembali pulang menemui kerabatnya? Dalam beberapa ayat dan hadits disebutkan bahwa setiap manusia diberi pendamping dari golongan jin. Sering disebut dengan istilah qarin. Di antaranya adalah sebagai berikut:

وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
"Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya." (Al-Zukhruf: 36)

 سعيد الجريري قال بلغنا أن الكافر إذا بعث من قبره يوم القيامة سفع بيده شيطان فلم يفارقه حتى يصيرهما الله تبارك وتعالى إلى النار فذلك حين يقول ( يا ليت بيني وبينك بعد المشرقين فبئس القرين )
Orang yang lalai dari peringatan Allah akan dijerumuskan oleh setan sebagai qarin-nya ke jalan neraka. Sa'id al-Jariri mengomentari ayat tersebut dan beberapa ayat berikutnya mengakatan, "Telah sampai berita kepada kami bahwa orang kafir apabila dibangkitkan pada hari kiamat, setan akan mendorong dengan tangannya, hingga ia tidak bisa melawannya, sampai Allah menempatkan keduanya di dalam api neraka, dan ketika itu ia berkata (Tersebut dalam surat yang sama nomor ayat ke-38.),

'Aduhai, kiranya (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat. Setan memang sejelek-jelek teman pendamping.' ( Tafsir al-Quran al-Azhim Ibnu Katsir juz 4/129.) Dalam sebuah kesempatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada para sahabatnya bahwa setiap manusia memang diciptakan dengan memiliki qarin (pendamping) dari jin. Sabdanya,

 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنْ الْجِنِّ قَالُوا وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَإِيَّايَ إِلَّا أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ

“Tidak ada seorang pun dari kalian melainkan disertakan kepadanya qarin (teman) dari Jin’. Para sahabat bertanya, “Kepada engkau juga, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Kepada saya juga. Akan tetapi Allah telah menolongku atasnya (qarin) sehingga dia tunduk, maka dia tidak pernah menyuruhku melainkan kepada kebaikan.” ( Shahih Muslim (2814) dan Musnad Ahmad (3309, 3611, & 4160).)

Adalah sesuatu yang wajar jika pendamping sangat mengenal yang didampinginya. Demikian pula jin pendamping tentu akan sangat mengenal orang yang didampinginya. Sangat mungkin, karena kalau roh tidak mungkin, jika kemudian jin jahat tersebut menyerupakan diri dalam wujud orang yang didampinya tersebut. Interaksi yang lama dengan manusia yang didampinya menjadikannya begitu mudah, seperti halnya para pelaku seni peran, untuk menirukan orang yang pernah didampinginya. Jin qarin bisa menirukan secara persis dari gaya bicaranya hingga gerak-gerik tubuhnya, termasuk tahu hal-hal yang disukai manusia yang didampinginya. Tentang wujud yang mirip dengan manusia yang didampinginya, jangan dilupa bahwa jin punya kemampuan untuk beralih rupa. Dengan izin Allah, jin bisa berubah-ubah bentuk menyerupai makhluk lain, termasuk rupa makluk aneh yang mungkin belum terlintas dalam benak manusia. Tentang berubahnya wujud jin ini pernah juga terjadi ketika terjadi pertempuran antara kaum muslimin dengan musyrikin di zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika perang Badar. Saat itu ada setan yang menyerupakan diri dalam wujud Suraqah bin Malik. Dia melakukan provokasi dan menjanjikan bantuan perang pada kaum musyrikin.

 وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لاَغَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَّكُمْ فَلَمَّا تَرَآءَتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَى عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِّنكُمْ إِنِّي أَرَى مَالاَتَرَوْنَ

 “Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu".

Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat...” (Al-Anfal:48) Cerita di muka merupakan salah satu kasus tertipunya manusia oleh setan dari golongan jin. Mereka tertipu karena tidak mengenal ajaran Islam, tidak mau mengenal tentang sifat-sifat setan, dan tidak mau mengenal jenis-jenis perbuatan setan. Contoh kejadian tersebut di muka tidak lain adalah bentuk-bentuk kejahatan setan kepada manusia untuk menjerumuskan manusia ke dalam lembah kesesatan. Modusnya adalah setan menyaru dan mengaku sebagai orang yang bangkit dari kematiannya untuk kemudian menyuntikkan racun keyakinan kepada manusia. Sayang masih banyak orang yang gampang tergoda dan percaya dengan tipuan setan tersebut, hanya dengan alasan bentuknya sama dengan orang yang telah meninggal dunia. Bentuk penyesatan itu dilakukan oleh kelompok jenis jin pendamping (qarin).

Luqath al-Marjan fi al-Ahkam al-Jan, Imam Jalaluddin al-Suyuthi. Sumber Berita: http://binbaz.atturots.or.id/berita-kenali-jin-yang-mendampingi-anda.html#ixzz5PchlsZWy Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives

Jangan Pernah Menilai dari Tampilan Luar

Allah s.w.t. memberikan kita kesempurnaan karena diberikannya akal dan pikiran yang melekat kepada setiap Manusia. Kita juga diberikan Panca...