Selasa, 19 November 2019

Berjalan Ketuhanan Ibarat Bersepeda

Menapaki jalan ketuhanan itu sangatlah berat, karena jika kita tidak terbiasa melakukan latihan dengan belajar terus menerus untuk berjalan, maka sangat rentan terjatuh. Seperti perumpamaan seseorang yang ingin pintar mengendarai sepeda.

Gambaran umum bersepeda itu adalah melatih keseimbangan tubuh,.. Jika telah mampu menjaga keseimbangan, selanjutnya adalah mencoba untuk sedikit demi sedikit berjalan dan akhirnya akan pandailah kita mengendarainya sehingga walaupun lepas tanganpun tak ada masalah..

Perumpamaan seperti inilah yang terkadang kita salah memahaminya, sehingga tiada lagi kita ingin tau agar bersepeda itupun terdapat rintangan yang sewaktu-waktu harus kita sadari keberadaannya. Karena walaupun hebat bersepeda tidak menjamin kita tidak terjatuh.

Banyak dari mereka yang justru pandai mengendarai sepeda, bisa terjatuh,.. Itu karena kita meremehkan hal kecil tentang sepeda. Dengan menganggap telah menguasai sepenuhnya tentang kendaraan tersebut..

Itu juga yang akan terjadi jika kita selalu mengandalkan kemampuan yang kita miliki... Padahal dalam bersepeda hal yang sangat penting untuk di ketahui adalah mengenai rute/ tujuan perjalanan dikarenakan tak selalu jalan yang ditempuh itu lurus tanpa rintangan !!!

Ada banyak medan serta tantangan yang harus dipelajari dan dipraktekkan dalam penguasaan bersepeda ini ketika kita berhadapan pada kondisi di lapangan.

Seperti contoh : bagaimana ketika bersepeda di rumput yang licin, ataupun akibat hujan deras,  di bebatuan yang cadas lagi berpasir bahkan di medan yang ekstrim sekalipun haruslah kita menguasai segala rintangan itu..

Begitulah perjalanan spritual Ketuhanan.  Semakin kita mengetahui sesuatu, maka pembuktiannya adalah pembelajaran kita pada ada diri ini sendiri yaitu pada wilayah keyakinan...

Dalam wilayah yakin ini,  Medan serta tantangannya adalah pada pengalaman hidup kita sehari-hari,... Mampukah kita tetap lurus dengan segala rintangan yang akan dihadapi ??? Adakah Kesadaran Jiwa ini senantiasa tersambung Kepada-NYA.

Allahurobbil Alamin..     
   

Rabu, 13 November 2019

Tujuan Nasihat

Tujukan saja nasehat baik itu pada diri kita sendiri,  sehingga siapapun yang mendengar nasihat itu akan tergugah hatinya.. Inilah cara belajar menjaga lisan kita dari menyakiti sesama.

Sebuah pohon yang dahan, daun dan rantingnya bergerak tidak pernah meminta angin untuk menggerakkannya.. Dia hanya mengikuti arahan sang angin.

Kemanapun angin itu berhembus kesanalah arahnya bergerak. Lidah ini sangat tajam, bahkan luka yang membekas akibatnya goresan itu bisa melukai perasaan seseorang seumur hidupnya.

Semoga Allah senantiasa menjaga lisan kita ini dari perbuatan sia-sia, sehingga perbuatan dari ucapan ini senantiasa dijaga, yaitu dengan berhati-hati dalam bertutur kata. 

Amin yaa Allah... 

Jangan Pernah Menilai dari Tampilan Luar

Allah s.w.t. memberikan kita kesempurnaan karena diberikannya akal dan pikiran yang melekat kepada setiap Manusia. Kita juga diberikan Panca...