Rabu, 29 Februari 2012

Sudah Khusyu'kah Kita Ketika Shalat ???

Diantara kita banyak bahkan belum sepenuhnya mengerti bahwa kita (manusia) senantiasa diperdaya oleh gangguan syaitan utamanya ketika melakukan shalat. Hal tersebut sengaja dilakukan sebagai sebagai bentuk tipu daya (syaitan) agar hati dan pikiran kita tergangu. Padahal hakikat shalat jika benar-benar kita maknai secara ma'rifat adalah merupakan hubungan kita (manusia) dengan sang maha pencipta.

Berikut berbagai macam gangguan yang biasa dialami pada saat shalat :

1) Berasa was-was ketika melakukan takbiratul ihram

Saat membaca takbiratul ihram, ‘Allahu Akbar’, seseorang akan berasa ragu-ragu apakah takbir yang dilakukannya itu sah atau belum sah.

Sehingga dia mengulanginya sekali lagi dengan membaca takbir. Perasaan itu akan berterusan kadang-kadang sampai imam hampir rukuk.

Ibnu Qayyim berkata, “Termasuk tipu daya syaitan yang banyak mengganggu mereka adalah was-was dalam bersuci (berwuduk) dan niat atau saat takbiratul ihram dalam solat”. Was-was itu membuat mereka terseksa.

2) Tidak memberi tumpuan ketika membaca bacaan dalam solat.

Sahabat Rasulullah, Uthman bin Abil ‘Ash datang kepada Rasulullah dan mengadu, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syaitan hadir dalam solatku dan membuat bacaanku salah.” Rasulullah menjawab, “Itulah syaitan yang disebut dengan khinzib.

“Apabila kamu berasakan kehadirannya, ludahlah ke kiri tiga kali dan berlindunglah kepada Allah. Aku pun melakukan hal itu dan Allah SWT gangguan itu dariku” (Hadis Riwayat Muslim).

3) Lupa jumlah rakaat yang dikerjakan

Abu Hurairah r.a berkata, “Sesungguhnya Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Jika seorang daripada kalian solat, syaitan akan datang kepadanya untuk menggoda sampai mereka tidak tahu berapa rakaat yang dikerjakan. Apabila seorang daripada kalian mengalami hal itu, hendaklah ia sujud dua kali (sujud sahwi) saat ia masih duduk dan sebelum salam, setelah itu baru mengucapkan salam.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

4) Hadirnya fikiran yang memalingkan tumpuan

Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Apabila dikumandangkan azan solat, syaitan akan berlari seraya terkentut-kentut sampai ia tidak mendengar suara azan.

Apabila muazin selesai azan, ia kembali lagi dan jika iqamat dikumandangkan dia berlari. Apabila selesai iqamat, dia kembali lagi.

Ia akan selalu bersama orang yang solat seraya berkata kepadanya,’Ingatlah apa yang tadinya tidak kamu ingat!’ Sehingga orang itu tidak tahu berapa rakaat ia solat.” (Hadis Riwayat Bukhari).

5) Tergesa-gesa menyelesaikan solat

Ibnu Qayyim berkata: “Sesungguhnya tergesa-gesa itu datang daripada syaitan, kerana tergesa-gesa adalah sifat gelabah yang menghalangi seseorang untuk berhati-hati, tenang dan santun serta meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Tidak ada ketenangan atau thuma’ninah. Pada zaman Rasulullah ada orang solat dengan tergesa-gesa. Akhirnya Rasulullah memerintahkannya untuk mengulanginya kerana solat yang ia kerjakan belum sah.

Rasulullah bersabda kepadanya, “Apabila kamu solat, bertakbirlah (takbiratul ihram). Lalu bacalah daripada al-Quran yang mudah bagimu, lalu rukuklah sampai kamu benar-benar rukuk (thuma’ninah), lalu bangkitlah daripada rukuk sampai kamu tegak berdiri.

Kemudian sujudlah sampai kamu benar-benar sujud (thuma’ninah) dan lakukanlah hal itu dalam setiap rakaat solatmu.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

6) Melakukan gerakan yang tidak perlu

Dahulu ada seorang sahabat yang bermain kerikil ketika sedang tasyahud. Ia membolak-balikkannya. Melihat hal itu, Ibnu Umar segera menegurnya selepas solat.

“Jangan bermain kerikil ketika solat kerana perbuatan itu berasal daripada syaitan. Tapi kerjakan seperti apa yang dikerjakan Rasulullah”. Orang itu bertanya, “Apa yang dilakukannya? “Kemudian Ibnu Umar meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dengan jari telunjuk menunjuk ke arah kiblat atau tempat sujud. “Demikianlah saya melihat apa yang dilakukan Rasulullah s.a.w,” kata Ibnu Umar (Hadis Riwayat Tirmidzi).

7) Melihat ke kiri atau ke kanan ketika solat

Sedar atau tidak, jika seseorang itu melihat ke kiri atau ke kanan, itu akibat godaan syaitan yang menggoda. Kerana itu, selepas takbiratul ihram, pusatkan pandangan pada satu titik iaitu tempat sujud. Sehingga perhatian kita menjadi fokus dan dicuri syaitan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Aisyah beliau berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah hukum melihat ketika solat”. Rasulullah menjawab, “Itu adalah curian syaitan atas solat seorang hamba.” (Hadis Riwayat Bukhari).

Menguap dan mengantuk

Rasulullah bersabda bermaksud: “Menguap ketika solat itu daripada syaitan. Kerana itu, apabila kamu ingin menguap, tahanlah.” (Hadis Riwayat Thabrani).

Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda, “Ada pun menguap itu datangnya daripada syaitan, hendaklah seseorang mencegahnya (menahannya) selagi boleh. Apabila ia berkata ‘ha…’ bererti syaitan tertawa dalam mulutnya” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

9) Bersin berulang kali ketika solat

Syaitan ingin mengganggu kekhusyukan solat dengan bersin sebagaimana yang dikatakan Abdullah bin Mas’ud, “Menguap dan bersin dalam solat itu daripada syaitan.” (Riwayat Thabrani).

Ibnu Mas’ud berkata, “Bersin yang tidak disenangi Allah adalah yang terjadi dalam solat sedangkan bersin di luar solat itu tetap disenangi Allah. Hal itu tidak lain kerana syaitan memang ingin mengganggu solat seseorang dengan pelbagai cara.”

10) Terasa ingin buang angin atau buang air

Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Apabila seorang daripada kalian bimbang apa yang dirasakan di perutnya apakah keluar sesuatu daripadanya atau tidak, janganlah sekali-kali ia keluar dari masjid sampai ia yakin mendengar suara (keluarnya angin) atau mencium baunya” (Hadis Riwayat Muslim).

Berbahagialah orang Muslim yang selama ini terbebas daripada pelbagai macam gangguan syaitan dalam solat mereka. Semoga kita semua dibebaskan Allah daripada gangguan berkenaan.

Bagi yang berasakan gangguan itu, sebahagian atau keseluruhannya, janganlah putus asa untuk berjihad melawan syaitan terkutuk.

Hudzaifah pernah berkata: Apa yang pertama hilang dari agama kalian adalah khusyu', dan apa yang paling akhir hilang dari agama kalian adalah sholat, banyak orang sholat tapi tidak ada kebaikan pada mereka, kalian nanti akan masuk masjid dan tidak ada lafi orang khusyu'" (al-Madarij 1/521).

Allah berfirman :

حَـٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٲتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ لِلَّهِ قَـٰنِتِينَ.

Peliharalah segala shalat [mu], dan [peliharalah] shalat wusthaa [1]. Berdirilah karena Allah [dalam shalatmu] dengan khusyu’. (al-Baqarah: 238)

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ (45)

Dan mintalah pertolongan [kepada Allah] dengan sabar dan [mengerjakan] shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (al-Baqarah: 45)

Khusyu' merupakan kekuatan sholat. Tanpa khusyu' sholat seakan tidak mempunyai makna bagi pelakunya, karena sholat hanya berupa aktifitas fisik yang rutin, tanpa kenikmatan dan tanpa rasa hidmat di dalamnya.

Menghancurkan dan merusak kekhusyu'an dalam sholat adalah salah satu misi syetan di dunia ini. Firman Allah dalam menceritakan misi syetan tersebut:

ثُمَّ لَآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17)

Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur [ta’at]. (al-A'raaf: 17)

Rasulullah s.a.w. bersabda

قال النبي صلى الله عليه وسلم ( أول شيء يرفع من هذه الأمة الخشوع ، حتى لا ترى فيها خاشعا .)

Yang pertama akan hilang ari umatku adalah khusyu', hingga kalian tidak lagi melihat orang khusyu'. (H.R. Tabrani. Sahih)

Hudzaifah pernah berkata: Apa yang pertama hilang dari agama kalian adalah khusyu', dan apa yang paling akhir hilang dari agama kalian adalah sholat, banyak orang sholat tapi tidak ada kebaikan pada mereka, kalian nanti akan masuk masjid dan tidak ada lafi orang khusyu'" (al-Madarij 1/521).

Maka khsyu' ini juga merupakan salah satu sifat orang beriman. Allah berfirman:

{ قد أفلح المؤمنون الذين هم في صلاتهم خاشعون }

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (1) [yaitu] orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.

Ibnu Katsir mengatakan: khusyu' adalah tidak bergerak, tenang, penuh tawadlu' karena disebabkan takut kepada Allah dan perasaan diawasi Allah. Khusyu' adalah sadarnya hati seakan berdiri di depat Allah dengan penuh penghormatan, pengabdian. (al-Madarij 1/520).

Tempat khusyu' adalah di dalam hari dan membekas ke seluruh tubuh manusia. Kalau hati sudah tidak khusyu' maka seluruh anggota tubuh tidak lagi beribadah secara serius karena hati ibarat komandonya dan anggota badan adalah tentaranya.

Khusyu' juga menjadi bukti keikhlasan. Karena hanya mereka yang ikhlash ibadah karena Allah dan sholat karenaNya yang dapat melakukan khusyu' secara sempurna. Tanpa keikhlasan, maka seseorang hanya melakukan kekhusyu'an palsu atau yang sering disebut kekhusyu'an dusta.

Ibnu Qayyim mengatakan ada dua jenis khusyu', yaitu khusyu' iman dan khusyu' munafik. khusyu' Iman adalah hatinya menghadap Allah dengan penghormatan, pengagungan, ketenangan, penuh harapan dan rasa malu, lalu hatinya penuh dengan cinta dan pengakuan kepada Allah yang membekas ke seluruh anggota badannya.

Adapun khusyu' munafik adalah fisiknya khusyu' tapi hatinya tidak. Para sahabat sering berdoa: Ya Allah lindungilah aku dari khusyu' munafik. (Ruh 314).

Ulama mengatakan bahwa hukum khusyu' adalah wajib, karena banyaknya dalil yang menganjurkan khusyu' dan mencela orang yang tidak khusyu' dalam sholat.

Rasulullah s.a.w. bersabda:"Lima sholat yang diwajibkan oleh Allah, barang siapa memperbaiki wudlunya dan melaksanakan sholat pada waktunya, menyempurnakan ruku'nya dan kekhusyu'annya, maka ia mendapatkan janji Allah untuk mengampuninya. Barang siapa tidak melakukan itu, maka ia tidak mendapatkan janji Allah, kalau Allah berkehendak maka Mengampuninya, kalau Allah berkehendak maka akan menyiksanya." (H.R. Abu Dawud – sahih)

Dalam hadist lain Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barang siapa berwudlu dan memperbaiki wudlunya kemudaian ia sholat dua rakaat, ia konsentrasikan hati dan wajahnya (dan tidak diganggu oleh nafsunya), maka ia akan diampuni dosanya yang telah telah lewat. (H.R. Bukhari).

Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda:"Banyak sekali orang yang sholat hanya mendapatkan capek berdiri" (H.R. Nasai: hasan).

Tip menghadirkan khusyu dalam sholat

Menghadirkan khusyu' dalam sholat dalam dilakukan melalui dua cara. Pertama: mengupayakan amalan-amalan yang merangsang kekhusyu'an dan kedua: menghilangkan hal-hal yang merusak kekhusyu'an.

Adapun amalan-amalan yang mengantarkan kepada kekhusyu'an adalah sbb :


Persiapkan diri untuk sholat. Itu dimulai dengan mendengarkan adzan dan mengikutinya, berdoa adzan, memperbaiki wudlu, berdoa setalah wudlu, melakukan siwak sebelum sholat, mempesiapkan baji sholat, tempat sholat dan menunggu waktu sholat. Bukan bergegas sholat ketika waktu hampir lewat.
Thoma'ninah: yaitu berhenti sejenak pada setiap rukun-rukun sholat. Dalam hadist diriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. ketika sholat, beliau melakukan thma'ninah hingga semua anggota badan beliau kembali pada tempatnya. (H.R. Abu Dawud dll.) Dalam hadist lain Rasulullah s.a.w. bersabda:"Seburuk-buruk pencuri adalah pencuri sholat. Bagaimana itu wahai Rasulullah, tanya sahabat. "Mereka yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya. (H.R. Ahmad dan Hakim: sahih). Seseorang tidak akan bisa khusyu' tanpa thoma'ninah ini karena cepatnya pergerakan sholat telah menghilangkan kekhusyu'an dan konsentrasi hati.
Ingat kematian saat sholat. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:"Ingatlah mati saat kamu sholat, sesungguhnya seseorang yang ingat mati saat sholat maka ia akan memperbaiki sholatnya, dan sholatlah seperti sholatnya orang yang mengira itu sholatnya yang terakhir" (Dailami: sahih). Rasul juga pernah berpesan kepada Abu Ayub r.a. "Sholatlah seperti sholatnya orang yang pamitan" (Ahmad: sahih).
Tadabbur (menghayati) ayat-ayat Quran yang dibaca saat sholat, begitu juga dzikir-dzikir dan bacaan sholat lainnya lainnya serta menyerapkannya dalam diri mushalli.

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ (29)

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (Shad:29).

Dari Hudzaifah r.a. :Aku sholat di belakang Rasulullah s.a.w., satu malam. Beliau membaca dengan bebas. Ketika melewati ayat di dalamnya ada tasbih, beliau bertasbih, ketika melewati ayat permintaan beliau meminta dan ketika melewati ayat minta perlindungan, beliau pun meminta perlindungan" (Muslim).

Tadabbur dan tafakkur terhadap ayat-ayat Allah merupakan pengantar kekhusyu'an. Begitu juga menangis saat mendengar atau membaca ayat-ayat Allah. Allah berfirman:

وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا

Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.(Isra':109).

Atho' pernah bertanya kepada Aisyah r.a.: ceritakan kepadaku apa yang paling kau kagumi dari Rasulullah, lalu Aisyah menangis. Suatu malam Rasulullah s.a.w. berdiri untuk sholat, beliau berkata: Wahai Aisyah biarkan aku menyembah Tuhanku. Sesungguhnya aku senang bersamamu dan aku senang menyenangkanmu". Lalu beliau pun bangun dan sholat, lalu beliau sholat sambil menangis sehingga lantai kamarku basah karena air mata beliau. Lalu berkumandanglah adzan Bilal untuk subuh, ketika Bilal melihat mata Rasulullah basah karena menangis, Bilal pun bertanya:"Wahai Rasulullah, untuk apa engkau menangis padahal Allah telah mengampunimu dosamu yang lalu dan yang akan datang? Rasul menjawab: Wahai Bilal aku lebih suka untuk menjadi hamba yang banyak bersyukur. Malam ini diturunkan kepadaku ayat yang ruglilah orang yang membacanya dan tidak menghayatinya, yaitu ayat Ali Imran 190-194. (Ibnu Hibban:sahih).

Membaca ayat satu-satu. Ini juga mengantarkan kepada khusyu' karena mengantarkan kepada pamahaman dan penghayatan. Umi Salamah berkata bahwa Rasulullah membaca fatihah dalam sholat dengan basmalah, lalu berhenti lalu membaca hamdalah lalu berhenti lalu membaca arrohmaanirrohiiim dan seterusnya. (Abu Dawud: sahih).
Memperindah bacaan Quran dan tartil dapat mengantarkan kepada kekhusyu'an. Allah berfirman:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلۡمُزَّمِّلُ قُمِ ٱلَّيۡلَ إِلَّا قَلِيلاً۬ نِّصۡفَهُ ۥۤ أَوِ ٱنقُصۡ مِنۡهُ قَلِيلاً  أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلاً

Hai orang yang berselimut [Muhammad], (1) bangunlah [untuk sembahyang] di malam hari [1] kecuali sedikit [daripadanya], (2) [yaitu] seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, (3) atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (Muzammil 1-4)

Rasulullah s.a.w. berpesan:"Perindahlah al-Qur'an dengan suaramu yang merdu, karena suara yang indah akan memperindah al-Quran" (Hakim:sahih). Dalam hadist lain beliau bersabda:"Sesungguhnya seindah-indah suara orang membaca Quran, adalah kalau ia membaca maka orang-orang yang mendengarnya akan takut kapada Allah. (Ibnu Majah: sahih).
Beranggapan bahwa saat sholat ia sedang menghadap kepada Allah. Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan. Hakim: sahih).
Memperhatikan pembatas depan sholat. Sebaiknya ketika sholat menghadap pembatas depan, misalnya dinding atau pembatas yang polos. Tujuannya adalah agar pandangan mata kita tidak terganggu oleh obyek-obyek visual yang mengganggu konsentrasi kita. Rasulullah s.a.w. bersabda" Hendaklah kalian ketika sholat menaruh pembatas di depannya agar syetan tidak memutuskan sholatnya" (Abu Dawud: sahih). Sebaiknya pembatas tersebut berjarak tiga jengkal dari tempatnya berdiri dan sejengkal dari tempat sujudnya. (Fathul Bari).
Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada. Rasulullah s.a.w. bersabda: Kami para nabi diperintahkan agar dalam sholat meletakkan tangan kanan di atas atas tangan kiri (Thabrani:sahih). Imam Ahmad menjelaskan bahwa tujuannya adalah agar kita menundukkan diri di depan Allah dengan khusyu'. Ibnu Hajar mengatakan bahwa sikap seperti itu adalah sikap seorang yang meminta dengan merendahkan diri dan sikap seperti itu lebih mengantarkan kepada kekhusyu'an.
Mengarahkan pandangan mata pada tempat sujud. Dai Aisyah r.a. Rasulullah s.a.w. ketika sholat beliau menundukkan kepalanya dan pandangannya tertuju ke tempat sujud. (Hakim:sahih). Begitu juga ketika beliau memasuki Ka'bah beliau tidak memalingkan pandangannya dari tempat sujudnya hingga keluar dari Ka'bah". (Hakim: sahih).

Bagaimana dengan pendapat sebagian orang yang melakukan sholat dengan memejamkan mata dengan dalih itu bisa mengantarkan kepada kekhsyu'an. Sesungguhnya itu bertentangan dengan contoh yang diberikan Rasulullah s.a.w. Beliau diriwayatkan tidak pernah sholat dengan memejamkan mata. Namun demikian para ulama beda pendapat mengenai masalah itu. Imam Ahmad mengatakan memejamkah mata saat sholat hukumnya makruh karena itu kebiasaan orang Yahudi. Sebagian ulama mengatakan tidak makruh asalnya demi tujuan baik, misalnya kalau tidak memejamkan mata terganggu oleh obyek-obyek visual yang ada di depannya atau di sekitar tempat sholat, maka memejamkan mata pada kondisi seperti itu dianjurkan.

Sebagian ulama melihat bahwa meragamkan bacaan sholat dapat mengantarkan kepada kekhusyu'an karena menciptakan suasana baru dalam melaksanakan sholat. Misalnya redaksi bacaan doa iftitah, ruku', sujud, I'tidal, duduk antara dua sujud dan tashahhud ada beberapa riwayat sahih yang berbeda-beda. Membacanya dengan redaksi yang berbeda-beda dapat mempersegar suasana sholat dan mengantarkan kepada kekhusyu'an. Begitu juga bacaan-bacaan surat setelah fatihah dapat dilakukan dengan variasi ayat yang berbeda-beda.
Disunnahkan membaca ta'awwudz (أغوذ بالله من الشيطان الرجيم) ketika merasakan ada gangguan konsentrasi dalam sholat. Konon ketika seorang hamba hendak melaksanakan sholat, syetan menurunkan pasukannya yang disebut Khanzab untuk mengganggu orang sholat. Abi 'Ash r.a. berkata kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah syetan telah mengganggu sholatnya dan membolak balikkan bacaannya, Rasulullah bersabda: Itu syetan bernama Khanzab kalau kamu merasakannya maka bacalah ta'wudz lalu tiuplah ke kiri tiga kali". Iapun melakukannya dan syetan tidak lagi mengganggunya. (Muslim). Rasulullah juga mengingatkan: Kalau kalian sholat maka datanglah syetan mengganggu kalian, sehingga kalian lupa hitungan rakaatnya. Kalau kalian merasakannya maka sujudlah dua kali ketika ia duduk (Bukhari). Rasulullah juga mengingatkan bahwa Syetan datang kepada kalian ketika sholat lalu membuka tempat duduk kalian, lalu ia merekayasa agar dia ragu apa kentut apa tidak, kalau kalian merasakan itu janganlah membatalkan sholat hingga dengar suara atau mencium bau (Thabrani: sahih). Bahkan konon syetan juga menganggu orang yang sholat dengan isu-isu kebaikan seperti masalah dakwah, masalah sunnah, masalah keilmuan dan politik agar sholatnya tidak lagi terfokus.
Bacalah cerita orang solih terdahulu bagaimana mereka berkhusyu' dalam sholatnya. Ali r.a. ketika hendak sholat maka mukanya berubah, lalu ia ditanyai tentang itu, beliau menjawab: datang waktu ketika amanah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka menolak tapi aku kini membawanya. Konon mereka ketita sholat memerah wajahnya karena takut akan menghadap Allah. Salah seorang sahabat diceritakan terkena panah saat berperang, lalu ia minta agar dicabut saat ia sholat karena saat itu ia lupa semuanya dan hanya ingat Allah.
Berdoa dalam sholat, khususnya saat sujud. Rasulullah s.a.w. bersabda:"Kondisi paling antara hamba dan Tuhannya adalah saat sujud, maka perbanyaklah doa" (Muslim).
Dzikir setelah sholat. Setelah melaksanakan sholatnya hendaknya seorang hamba melakukan dzikir selesai sholat untuk memperkuat dan menyempurnakan sholatnya. Tentu saja tidak hanya dzikir dalam lisan tapi juga diresapi makna dan kandungannya.


NB :
Dikutip dari berbagai sumber Internet.

Tidak ada komentar:

Jangan Pernah Menilai dari Tampilan Luar

Allah s.w.t. memberikan kita kesempurnaan karena diberikannya akal dan pikiran yang melekat kepada setiap Manusia. Kita juga diberikan Panca...