Kamis, 29 Agustus 2019

HATI

Hati adalah cerminan diri. Tapi saya mengartikannya sebagai tanda atau peringatan. Karena di hati inilah segala sesuatu yang berhubungan dengan diri ini kepada segala Perintah dan Larangan ALLAH.

Melalui hati ALLAH memberikan hidayah, Cahaya dan petunjuk serta Ilham-Nya. Dan juga memberikan kita tanda atau Peringatan.

Jadi kata Hati-hati dimaksudkan agar kita senantiasa melihat jauh kedalam diri akan maksud dan Keinginan ALLAH atas segala kehendak-NYA.

Makna Hati-hati itu merupakan sebuah Isyarat atau tanda yang dimiliki oleh setiap manusia yang merupakan naluri alamiah-Nya. Melangkah dalam kehati-hatian akan tercermin oleh sikap dan prilaku kebaikan. Menjadikan diri kita senantiasa terjaga dan diawasi.

Seperti contoh : Bagamana mungkin kita dapat berbuat Dosa jika diri ini senantiasa diawasi-NYA. Bagaimana hendak berbuat kemungkaran jika kita sadar bahwa ALLAH melihatku dan selalu mengawasiku.

Jika hati senantiasa disucikan, maka tiada lagi hijab antara ALLAH dan Hamba. Karena pada ucapan, tindakan, dan lelaku kita seharusnya terlah tercermin adab, contoh serta panutan. Inilah di katakan berikhsan yaitu tingkah dan laku yang mencerminkan akhlak yang baik.

Maka sucikanlah senantiasa hati ini,.. Berprilakulah sesuai amalan. Agar Kesadaran Jiwa ini menjadi aktif. Jika kesadaran Jiwa ini telah aktif, Maka Hati kita akan menjadi lentera dalam perjalanan Diri ini kearah yang lebih baik. Insya ALLAH...
Barakallah fiikum.

Dimana ALLAH


‎             يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ 
”Wahai manusia ! Sesungguhnya kamu harus berusaha dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk bertemu dengan Tuhanmu, Maka kamu akan menemuinya“. ( QS Al Insyiqoq 84 : 6 )

Lihatlah jauh kedalam dirimu...
Carilah kedalam dirimu...
Dia tidak berada di luar dan didalam
Di Bumi maupun di Langit
Dia tidak berada dalam pikiran
Tidak juga dalam hatimu

Karena ALLAH tidak diserupakan oleh apapun
DIA sangatlah dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadimu...
Engkau dahulu pernah mengenalku...
Engkaupun berjanji Hanya Menyembahku...
Tapi mengapa kamu mengingkarinya ??

Jika kau masih melihat dirimu, masih merasakan nikmatnya Amalan Ibadahmu, masih mengganggap lebih atas kemampuan dirimu, itu artinya belum ada AKU dalam Perjalananmu...

Pandanglah satu dari yang banyak, dan yang banyak kepada yang satu. DIA yang Esa Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.

Salam Jiwa yang merdeka
Kesadaran Jiwa 

Minggu, 25 Agustus 2019

NASIHAT



Jiwa yang telah di Rahmati oleh ALLAH bukan berarti diri ini telah terbebas baik itu dari gangguan dan bisikan Iblis justru disitulah puncak kewaspadaan diri. Tak ada jaminan bagi diri ini untuk bisa selamat di dunia maupun akhirat. Apalagi jika diri ini telah merasa menjadi ahli surga. Berhati-hatilah jika telah beranggapan demikian, karena disitulah puncak godaan sesungguhnya.

Masih ingatkah kita akan kisah Nabi Adam A.S. Tentang keberhasilan Iblis yang menggodanya sehingga diturunkanlah Adam ke Dunia ini. Tidak sampai disitu saja, karena Iblispun telah bersumpah kepada ALLAH bahwa dia akan menyesatkan seluruh anak cucu Adam untuk menjadi temannya yang abadi di Neraka. 

Tulisan ini bukanlah hendak menakuti siapapun, akan tetapi kita memiliki tugas yang sama untuk saling ingat dan mengingatkan dalam kebaikan. Karena Manusia adalah tempatnya Khilaf, lupa, dan dosa. Tulisan ini hanya sebagaian kecil dari pemahaman dan sarana menasehati diri sendiri.    

Belajar untuk memahami diri ini,.. Karena memahami kehidupan itu tidaklah mudah, banyak godaan dan Hambatannya. Ibarat menjadi seorang Dokter yang tidak serta merta akan melakukan operasi pada pasiennya, karena sesuai dengan metode keilmuan yang dimilikinya maka, terlebih dahulu dokter itu mengindentifikasi penyakit sang pasien lalu memutuskan melakukan tindakan operasi.

Seorang dokter spesialis menempuh jenjang pendidikan yang sangat rumit dengan terbiasa untuk memperaktekkan keilmuannya di dunia medis. Inilah yang menjadikan dia semakin berpengalaman ketika memperktekkan keilmuan yang dia miliki pada pasien. Begitu juga dalam konteks Keagamaan, banyak sekali yang memahami Agama hanya dalam konsep Kontekstual.

Sehingga dengan kepahaman agamanya yang banyak muncullah keegoan diri dalam beragama. Baginya yang tidak sesuai dengan paham yang dia yakini adalah menyimpang dan salah. Sehingga prilaku cenderung menghakimi. Hati semakin keras dan kasar karena doktrin keyakinan dan kebenaran yang dipegang teguh dengan harapan akan mendapatkan kemuliaan surga di akhirat kelak.

Siapa yang menjamin diri kita adalah orang yang mulia dan selamat, sehingga dengan kesombongan itu kita menentukan sendiri tempat tinggal kita di Surga kelak. Masih pantaskah kita mengakuinya setelah tangan ini berlumuran darah saudara kita sendiri, atau mulut ini menghujat sesama manusia, atau berbuat dzolim kepada mahluk ciptaan ALLAH lainya.

Inilah yang saya maksud hati-hati dan waspada di atas. Bukankah Islam adalah "Rahmatan Lil Alamin",.. Artinya : Jadikanlah Islam itu Rahmat bagi sekalian alam semesta. Mampukah kita berhidmat terhadap seluruh mahluk di bumi ini dengan mengemban amanah KHALIFAH fil Ardh. Marilah kita intropeksi diri kita masing-masing.

Sangat disayangkan jika Agama Islam yang kita dapatkan dari turun temurun hanya di jadikan identitas dan simbol kebenaran dan pembenaran tanpa memahami dan mempelajarinya lebih mendalam mengenai esensi nilai kebaikan, cinta kasih, dan kasih sayang. Berjuanglah mengendalikan Hawa Nafsu pada diri ini. Dan senantiasa memohon kepada ALLAH agar diridhoi dalam setiap amal perbuatan kita.

Hingga akhir Hayat kitalah yang menentukan keselamatan diri ini.
Maha benar ALLAH dengan segala Firmannya,..





Sabtu, 24 Agustus 2019

BUKTI Ke- CINTA-an


Kecintaan itu butuh bukti,.. Prilaku adalah pembuktian cinta. Mana mungkin kita mudah mengucapkan TIADA YANG LAIN SELAIN DIA. Sedangkan perbuatan kita senantiasa menduakan-Nya.

Sadari saja itu dan Mulailah Mencintai dengan sebenar-benarnya CINTA. Karena DIA yang di Cinta tak butuh cinta dari ucapan dan Ibadah kita. Apa artinya Ibadah ini tanpa mencintai. Pasti akan cepat bosan, bahkan letih dengan Ibadah kita sendiri.

Itu semua dilakukan karena keinginan diri. Kita hanya berdagang kepada ALLAH. Dengan harapan Surga dan Neraka, berharap Pahala dan dosa. Sehingga ibadah yang kita lakukan hanya berharap surga, surga dan surga..!!

Esensi dari nilai kita Ibadah hanyalah Menjadi rutinitas dalam rangka melaksanakan kewajiban saja. Berlomba Mencari-cari pahala dari Ibadah yang kita lakukan, Padahal tujuan dari Ibadah itu sendiri bukanlah seperti itu.

Ibadah itu melatih kepekaan dan Kecintaan. Ibadah itu Silatun (Hamba dan Penciptanya) serta yang utama adalah membentuk rasa Syukur atas Nikmat yang kita Terima, Miliki dan Rasakan pada diri ini. Jika kita sadar dan mau memahaminya.

Segala yang ada pada Diri ini termasuk isi Hati kita adalah milik-NYA. Maka tak perlu diperlihatkan sesama hamba, tak perlu lagi diakui kemampuan itu, karena Hakikatnya kita hanya Dimampukan oleh-Nya. DIALAH ALLAH Maha kuasa, Maha Melihat lagi Mengetahui..!!!

Tunjukkan saja kecintaan kita itu dengan Kebaikan dan Prilaku sesama cipta-an, Tutuplah dan Sembunyikan amal dan ibadah kita dari keramaian. Cukuplah Rahasia itu menjadi milik kalian berdua. Dan hanya yang memiliki Cinta Sejatilah yang mengerti tentang arti CINTA.
Wallahu A'Lam Bissawab.

Jangan Pernah Menilai dari Tampilan Luar

Allah s.w.t. memberikan kita kesempurnaan karena diberikannya akal dan pikiran yang melekat kepada setiap Manusia. Kita juga diberikan Panca...